Jumat, 28 Agustus 2009

Waspada Feature Ponsel Cina Tidak Sesuai Brosur

Kehadiran ponsel dengan merek-merek baru, makin marak saja masuk pasar ponsel Tanah Air. Puluhan merek bersaing sengit di pasar, adu kuat nafas merebut hati calon konsumen. Sayangnya, persaingan ini diwarnai beberapa oknum distributor (pemain) nakal. Ulah mereka bisa merugikan konsumen dan mengancam kelangsungan distributor lain yang berniat baik dan serius. Apa sajakah ulah mereka?

Ponsel-ponsel dengan merek baru ini, sebenarnya bisa menjadi alternatif pilihan dari ponsel-ponsel merek mapan. Harganya lebih terjangkau dengan fitur-fitur yang menarik diberikan di banyak tipe ponsel. Bahkan keberanian mereka membenamkan fitur dual-mode atau dual slot GSM-GSM maupun GSM-CDMA menjadi solusi untuk menyikapi perang tarif operator ini, kemudian fasilitas TV tuner internal untuk menonton siaran televisi tanpa biaya.

Apapun namanya, HP merek lokal ataupun merek Cina ini pemasoknya memang dari Cina. Tak heran, sebagian besar bentuk, isi menu-menu dan fitur-fiturnya juga mirip, sebab diantara pilihan merek yang ada saat ini justru berasal dari pabrik yang sama. Agar lebih mudah, untuk kali ini ponsel-ponsel buatan negeri tirai bambu tersebut kita sebut saja sebagai ponsel alternatif.

Harus Lebih Selektif

Setidaknya, hingga saat ini sudah ada 30an merek ponsel alternatif yang beredar di gerai-gerai ponsel di seluruh pelosok Nusantara. Dengan jumlah pemain yang begitu banyak tersebut tentunya akan semakin meruncingkan peta persaingan pasar ponsel di segmen tersebut. Bayangkan jika dari satu merek saja mengeluarkan 10 tipe ponsel, berarti ada sekitar 300an pilihan ponsel alternatif di pasar, Anda akan dibuat pusing ketika berencana membeli ponsel dengan modus dual-mode ataupun yang ber-TV.

Keinginan pelanggan, tentu saja yang akan memilih ponsel dengan fitur melimpah namun dengan harganya yang murah. Dan begitulah ponsel alternatif ini ditawarkan, fitur-fiturnya melimpah dan menarik namun dijual dengan harga jual yang relatif murah.

Sayangnya, memilih ponsel alternatif tidak segampang yang kita kira. Berbeda ketika kita memilih ponsel merek ternama yang tinggal lihat iklan kemudian tunjuk, memilih ponsel alternatif yang majoritas buatan cina kita harus sedikit berhati-hati. Apa sebab?

Demi mempertahankan eksistensi pasar ataupun mendongkrak angka penjualan, ponsel-ponsel alternatif ini mengambil juga jalan ‘alternatif’, yaitu dengan cara mempromosikan fitur-fitur pada ponselnya yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, pada casing ataupun pada brosur tertulis kamera sebesar 2 megapixel, namun pada kenyataan hanya mendukung resolusi maksimal 1,3 MP.

Selain itu masih banyak kejanggalan lainnya pada ponsel-ponsel alternatif, Sinyal akan membeberkannya supaya Anda lebih berhati-hati.
Kamera bohongan. Pada badan ponsel terdapat lubang untuk kamera tapi hanya sebagai pemanis saja, kameranya tidak ada.
Resolusi kamera yang tertera pada casing tidak sesuai kenyataan. Misalnya pada casing tertera 2 MP, kenyataannya hanya 0,3 MP (VGA)
Tombol akses pada badan samping ponsel hanya hiasan. Misalnya ada tombol untuk kamera namun tidak berfungsi, hanya berupa aksesoris saja karena bentuk casingnya yang sudah permanen.
Model casing mirip ponsel merek terkenal
Tidak Dual On. Artinya hanya satu kartu yang aktif, padahal pada brosur ditulis dual-on (kedua kartu aktif).
Aplikasi Java harus khusus. Ada ponsel alternatif yang telah mendukung teknologi Java namun tidak semua aplikasi Java yang beredar dapat diinstallkan.
Kapasitas baterai tidak sesuai dengan yang tertera pada brosur.
Baterai tidak bisa di-charge (diisi ulang)
Bahan casing kurang bagus, terkadang ada cacat.
Ada ponsel alternatif yang tidak lolos sertifikasi namun tetap dijual di pasaran. Informasi ponsel-ponsel mana saja yang telah mendapat sertifikasi pemerintah dapat dilihat di http://www.postel.go.id/webupdat e/ditstand/sertifikasi/xls/Tahun08.htm.
Ser vice centre digabung dengan toko. Ada kemungkinan merek ponsel seperti ini sifatnya ‘hit and run’ dan tidak mau berinvestasi untuk layanan purna jual. Jika merek ditutup, pemilik toko pun tidak akan mau menanggung kerugiannya.

(Uteng Iskandar)

Sumber : Tabloid Sinyal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar